Bertepatan dengan HARLAH NU yang ke- 96 pada tanggal 31 Januari 2021 kemarin. secara tidak sadar saya tetiba menonton film Sang Kiai yang disutradarai Rako Prijanto dan sudah tayang pada 2013. Jujur sebelumnya saya belum pernah melihat triler film ini, mungkin pernah mendengar judulnya setelah viral film sang pencerah yang menceritakan tentang perjuangan KH. Ahmad Dahlan.
Cover Film Sang kiai. Sumber : Google |
Sinopsis
Sang kiai sendiri menceritakan kisah tentang penjajahan Jepang Tahun 1942 yang melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei. Tokoh besar agamis saat itu KH. Hasyim Asyari (Ikranagara) menolak melakukan Seikerei karena tindakan itu menyimpang dari Aqidah Agama Islam. sebagai umat Islam hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. karena tindakan berani itu, KH. Hasyim Asyari di tangkap Jepang. Salah satu santri KH. Hasyim Asyari, Harus (Adipati Dolken), menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH. Hasim Asyari. Tapi cara tersebut malah menambah korban berjatuhan.
Sang Kiai antara Nasionalis dan Agama
Awal-mulanya, seluruh tokoh Agama yang berperan dalam pendidikan pesantren di tawan oleh Tentara Jepang. karena menolak perintah untuk melakukan Seikerei serta dituduh melakukan pemberontakan terhadap kekaisaran Jepang yang berada di Indonesia Khususnya pulau Jawa. film garapan Rako ini bertitik pada perjuangan Nasionalis yang bermakna mencintai tanah air yang berlandaskan Agama yakni ketahuidan.
KH. Hasyim Asyari Ditawan Lalu Dibebaskan
Pimpinan pondok pesantren Tebu ireng itu akhirnya dibebaskan dengan alasan supaya tidak memicu peperangan yang memberatkan pihak Jepang. selain itu, pihak jepang berkerja sama dengan para tokoh Agama sehingga jepang memberikan sedikit kebebasan kepada Masyarakat Indonesia. namun salah satu murid KH. Hasyim Asyaari yakni Harun justeru menganggap Kiainya menyerah dan membantu jepang sehingga ia memilih untuk meninggalkan Pesantren dan memilih ikut bersama Masyarakat berperang.
Cuplikan adegan film Sang Kiai. Sumber : Google |
Hal tersebut berawal ketika Wahid Hasyim bersama para tokoh agama menempuh jalan diplomasi. Mereka mengadakan pertemuan membahas strategi untuk melawan jepang dengan pura-pura mendukung Jepang dan memanfaatkan fasilitas dari Jepang, serta membentuk panitia pembelaan ulama NU yang ditangkap Jepang. Dengan di bantu A. Hamid Ono, para petinggi Jepang memutuskan untuk melepaskan semua Kiai yang ditawan pada 7 Desember 1942 di Batavia. Jepang mengumpulkan seluruh kiai di jawa hingga pada Oktober 1943. kemudian Jepang membubarkan MIAI dan mendirikan Masyumi yang di pimpin oleh KH. Hasyim Asyari. jepang meminta Masyumi untuk membuat khotbah Jum'at dengan menganjurkan memperbanyak hasil bumi dengan menyentil ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits untuk melakukan propaganda demi mendapatkan simpati dari rakyat.
Kebijakan Jepang yang Menyekik Rakyat
Kebijakan Jepang untuk menambah hasil bumi menuai protes dari berbagai kalangan. pasalnya hasil bumi yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat justeru harus di setor kepada Jepang tanpa alasan difungsikan untuk apa hasil bumi itu. beberapa kalangan akhirnya melakukan aksi, salah satunya adalah KH. Zaenal Mustafa, melalui tindakannya Jepang akhirnya memenggal KH. Zaenal Mustafa di depan umum, agar rakyat merasa takut dan tunduk terhadap Jepang. Harun merasa KH. Hasyim Asyari telah berbeda. masyarakat beranggapan bahwa Masyumi telah berpihak kepada Jepang karena membiarkan peristiwa tersebut.
Sebagai seorang muslim kita harus berhusnuzon
Husnuzon atau berprasangka baik, hal ini selalu yang di utamakan oleh KH. Hasyim Asyari ketika melakukan sesuatu. beliau berpandangan bahwasanya segala sesuatu akan menjadi baik. sekalipun ia tahu bahwa penjajahan jepang memang sangat kejam. namun ia selalu berprasangka baik pada sang pemilik kehidupan sehingga ia memahami betul bahwasanya apa yang terjadi waktu itu skenario yang di kehendaki Tuhan.
"Berbaik sangkalah selama tidak ada kepastian diantaranya" rm-, tentu tidak mudah selalu berbaik sangka sebab disetiap segala yang tidak mudah selalu ada latihan yang lebih keras di antaranya. Dengan bersangka baik KH. Hasyim Asyari mampu memandang jauh ke depan sebagai strategi melawan penjajahan Jepang dengan cara yang halus dan lembut.
Baca Juga
Setelah menonton film sang kiai saya baru ngeh kalau KH. Hasyim Asyari merupakan pendiri NU yang sebelumnya saya kira KH. Hasyim Asyari adalah mantan Mentri Luar Negeri Indonesia yakni KH. Agus Salim.
Dari film ini, kita mengerti bahwa kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan Islam melalui pendidikan pesantrennya sebagai anak muda serta remaja masyarakat indonesia. selain itu banyak pesan yang menarik untuk kita maknai dalam kisah garapan Rako ini. semoga teman-teman sudah menyaksikan dan menikmati film Sang Kiai ini.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar