Dramaturgi Sebagai Pedoman Seni Pertunjukan

15.32

Dahulu kita tahu, jauh sebelum mengenal teori kepribadian dari pelbagai ilmuan psikologi. kita mengenal teori sebab-akibat. mungkin tidak akan ada orang jahat apabila orang baik tidak di kecewakan. orang beranggapan ini adalah teori anti drama. jika teori drama mengharuskan A maka teori anti drama akan menggunakan B, C atau bahkan Z untuk menggantikan A. sederhananya, tidak perlu ada lampu jika bsia di ganti dengan lilin.

via google

Namun semakin kian kemari, banyak dari kita sebagai pelaku seni pertunjukan yang amatir merasa kebingungan bagaimana menentukan sikap dalam melakukan seni pertunjukan. orang-orang ahli cenderung mengutarakan kritik dan saran selalu dengan kalimat filosofis yang maknanya entah apa di kemas dengan cara yang membagongkan (kata anak sekarang mendeskripsikan kata bingung). hingga tersesatlah mereka dalam perasaan bersalah yang entah bagaimana mereka merasa bertanggung jawab atas apa yang mereka tidak pahami.

lalu kita mengenal teori psikologi, tapi saya tidak akan membahas ini lebih jauh. teori ini berbicara tentang segala sesuatu yang hidup bergerak mengikuti jiwanya entah secara sadar maupun tidak. dan perkembangan ilmunya jauh lebih kompleks dari sekedar pertunjukan.

Jika kita berbicara tentang Seni Pertunjukan atau Teater maka kita berbicara tentang manifestasi kehidupan secara sketsa dan tidak menyeluruh. Sehingga tidak sedikit teori drama yang bersinggungan dengan teori psikologi sekalipun lebih banyak menjelma filsafat dan kesusastraan.

Dramaturgi Muncul Sebagai Penerang Jalan

Dramaturgi sendiri sederhananya berarti sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia (cubic.id). dan menurut saya, dramaturgi adalah sebuah materi keilmuan yang mempelajari tentang fungsi-fungsi didalam sebuah drama pertunjukan. mulai dari pra dan pasca pementasan. teori dramaturgi cukup mampu menjadi landasan kita untuk menentukan opsi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan dalam progres ketika akan melakukan pertunjukan drama. sehingga setiap pertunjukan yang di tampilkan dalam pentas tunggal, pentas kolaborasi maupun pentas festival menjadi sesuatu yang bukan lagi berkesan cocoklogi dan mistic atau lebih di kenal dengan sesuatu yang absurd dan tidak bisa di telaah dengan fikiran rasional.

Pentas Teater Jadi Lebih Ilmiah

Kalau jaman SMA atau SMK dan setaranya, kita cenderung menyajikan sebuah pementasan dengan konsep turun-temurun dan bebas tanpa perlu bertanggung jawab secara logis terhadap pementasan yang telah kita lakukan. dan hampir tidak ada sarasehan seputar makna hingga proses latihan sebelum akhirnya naskah dipentaskan dalam wujud pertunjukan.

Namun, pada masa kuliah mungkin akan terasa lebih nyata laku pentas yang kita jalankan. cenderung sehabis pentas kita di jejali petanyaan-pertanyaan layaknya sedang melakukan workshop atau seminar di depan orang awam. dan dramaturgi hadir untuk menjawab segala pertanyaan orang-orang yang berkaitan dengan tindak tanduk pementasan. selain itu, proses teater akan jauh lebih ilmiah dibandingkan sebelumnya meskipun seni sendiri tidak bisa di batasi dengan hal itu.

Akan terasa lebih panjang bila kita membahas seni dan pertunjukan, sehingga saya menyederhanakan seni pertunjukan dengan konsep dramaturgi dan keilmiahannya. ebook dramaturgi bisa di aksess melalui menu di sebelah >> Kang dorman >> Drive

Share this :

Founder Podcast Cerita Akhir Pekan yang biasa di panggil Dori

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔