Kumpulan Puisi dari Masa Lalu

10.04

 

illustrasi google

 yang ku banggakan dari bapak ku...

bukan karena mampunya menyekolahkan ku...
bukan karena mampunya menafkahi ku...
yang ku banggakan karena darahnya mengalir dinadi ku....

yang dibanggakan dari aku tak ada...
bukan karena kepintaran ku mengada - ada...
bukan karena keberhasilanku yang nyata...
yang dibanggakan dari aku tak perlu ada...

sajak anak durhaka

***

Raden Ajeng Kukuh Wijayanti
Gelagatnya yang selalu dinanti
Diantara rimbun daun bergesekan belati
Diantara silangan jejer jemari
Hentakan suara dada lirih berjanji

Berganti
Menari
Hingga pagi

Menjulang cahaya mentari
Bulan berganti
Udara Bernyanyi

Laut terombang-ambing kian kemari
buluh-buluh perindu menjejali
Kerongkongan tersedak sambil berlari
perempuan tangguh dari pelosok negeri

Gaungnya sebagai resep pengganti
Dari tabib-tabib yang mengobati
Aromanya menggerayangi
Tatapan matanya kosong melampaui

Menikam sunyi
Menyulam sepi
Kukuh jiwa Wijayanti
Perempuan anggun teguh dan meneguhkan jiwa para lelaki

#Dekorasikata #CenayangPatah

***

Hari ini, beberapa pekan lalu. dengan kesibukan yang biasa-biasa saja. menemui para tetua RT dan kepala dusun. setelah mendapati izin untuk melakukan survey pemilu kepala daerah batu tentunya.

SENJA di BULUKERTO

Sumuk Dengan Keapatisan Diri Sendiri.
Kelamaan Dikota, Jadi Sedikit Kikuk Dengan Suasana Pedesaan.
.
Kabut Mulai Menarik.
Angin Berhembus Mengusik.
Memaksa Tubuh Dibalut Dengan Kain Yang Lebih Tebal.
.
Bunga-Bunga Dibiarkan Liar.
Kenangan Tumbuh Dari Lampu Kota Dikejauhan.
Jatuh Diantara Tanah Perbatasan Langit.
Menyatu Dengan Gemintang Diujung Pandang.
.
.
Kota Wisata.
Dikota Yang Maju.
Ada Sesuatu Yang Tak Nyata.
Semisal Pariwisata Yang Ternyata Hanya Untuk Keuntungan Tak Menyeluruh.
.
Pariwisata Yang Maju.
Meski Terkadang Ada Yang Tak Setuju.
.
.
Sempat Ngopi Beberapa Kali.
Sembari Menanti Reda.
Seumbat Perapi.
Terlambat.
.
.
Nama Yang Bagus Untuk Seorang Perempuan.
Feminim Dan Ada Intrik Lelembutan.
Namun, Nama Adalah Do'a.
Harapan Yang Selalu Disemogakan Lewat Nafas Yang Kau Hembuskan.
Disetiap Tutur Kata Dan Laku Yang Mengiringimu Menuju Kesemogaan.
.
Teruntuk Sebuah Nama.
.
.
Transisi Nilai Budaya Dan Sejarah Semakin Malam.
Semakin Kelam.
Bergeser Dan Minim.
Bak Kembang Kini Semakin Layu.
Rok-rok Dijalanan Tak Lagi Ayu.
Membalut Hanya Sekedar Biar Payu.
Gerimis Tipis Langit Runyuh.
Sekedar Cerita Yang Tak Lagi Utuh.
.
.
Seorang Perajurit Berakhir Dengan Teragis.
Seorang Guru Berakhir Dengan Edan.
Seorang Presiden Berakhir Dalam Teralis.
Seorang PEncerita Berakhir Dalam Bualan.
.
.
Dengan Ilmu, Harusnya Hidup Jadi Lebih Mudah.
Dengan Agama, Harusnya Hidup Jadi Lebih Terarah.
Dengan Seni, Hidup Harusnya Jadi Lebih Indah.
.
.
Seni Dan Politik.
.
Dari Dulu Sampai Sekarang.
Memang Tak Bisa Dikarang.
Selalu Ada Dan Menjadi Cikal Bakal Untuk Perang.
Sebebas-beas Seni, Selalu Dihantui Politik Bersarang.
.
Baik Buruk Politik Sekarang.
LEtaknya Tak Jauh Dari Kepentingan Perorang.
.
#Dekorasikata
Batu, 25 Oktober 2016

***
TIDAK ADA BEDENGAN

tidak ada bedengan tahun ini...
tidak ada bedengan dimataram..
tidak ada bedengan dibanyuwangi..
tidak ada bedengan dikalimantan

tidak ada bedengan untuk kita lagi

sejak purnama tak lagi muncul diantara langit kita. gelap mengudara diantariksa. semesta tak ingin menemukan kita pada perjumpaan seperti dulu. kaki yang dulunya melangkah pada petilasan yang sama. hati yang dulu selalu tenang saat bersama. jantung yang berdebar didetik yang sama. kini hilang seperti ditelan karma.

tidak ada aku dibedengan
tidak ada kamu dibedengan
tidak ada kita dibedengan
tidak ada kata dibedengan

tiga purnama telah kita lewati. tanpa kata, tanpa suara. semua terasa menyesakan awalnya. tak ada bisikan. tak ada rindu yang terbalas. hanya kenyataan yang terpampang dipintu kamarku. yang bagiku itu terlalu pahit untuk ku nikmati sendiri.

aku egois, menghabiskan sesal sendiri ditempat gelap. menghabisi suka dikeramain bersama mereka. aku fikir, aku pemberani. karena melipat takut dan meletakannya dialmari yang paling dalam. ternyata aku egois.

tak ada bedengan untuk kita tinggali bersama.
seperti dulu.

***

Senjana
Ku tiriskan rindu setengah matang...
Ku tanggalkan mentari yang kemarin lusa ku curi...
Senjamu semakin merenta..
Mentarimu dan mentariku menari merona disepenggal sore...
.
Lalu kutinggalkan kalian bersama lambai...
"Rinduku mahal, harganya tak lebh murah dari mentari dan gulirnya" teriakan mu menghentikan langkah ku.
.
.
Dari bibir pantai..
Dengan gelisah resah, posture yang tak lagi santai...
Aku berhamburan memelukimu...
Tak ada kata yang terkuak dari bekas senyumku...
.
.
Yang ada hanya histori kisah lama..
Bekas lipstik mu yang bermerk martatilar..
Menempel kokoh dibibirku sebagai pilar..
Yang menopang kuat bangunan itu dihati kita..
.
.
Kini yang tersisa hanya kita..
Kedua mentari tenggelam tanpa mengucap kata pisah...
Yang ada aku mengecup keningmu sebelah..
.
"Rindu tak bisa dibeli. Jika dihutangkan. Rindu tak akan pernah bisa terbayarkan" sambil berbisik, setengah pandangmu aku lenyap dihempas gelap.
.
.
Tanpa helai benang kau menari..
Rebah, bergaun pasir ala eropa...
Hijab yang kau lepaskan itu kini lenyap diterbangkan angin laut..
Semerawut pasir menghambur dirimu hanya berbalut gelap.
.
.
Sedang aku terpana, memandang gelap.
Aroma tubuhmu yang dibawa pasir.
Menyadarkanku tentang sebuah pantai...
Didasar hatimu yang tertaut diantara kedua bola mata ikan.
.
.
Ku tiriskan rindu setengah matang...
Aku berhutang tanpa mampu membayarnya...
Rindu kini tak terbeli..
Tempo hari selalu menjadi hari ini...
.
.
Kedua mentari tak pernah berpisah..
Kecuali kita yang berpencar..
Tanpa memikirkan tentang hutang..
Yang tak pernah bisa terbayar...

***

“TENTANG RINDU”

Rindu itu...
Bukan ketika perjudian
Menang melawan waktu
Rindu itu
Ketika diam sama – sama
Saling mendo’akan
Rindu itu
Seakan mata kita mengarah
Pada tatapan yang sama
Rindu itu bukan pertemuan
Lalu bersama
Rindu itu perjanjian
Ketika kita bersama

Menatap rembulan

***

“SUNYI KEPADA GEMA”

Sunyi…
Aku tak mendengar keningmu…
Kemana bunyi ?
Indahmu sedikit memudar dan tak ku ciumi wangi
Yang ku raba hanyalah heningmu

Sunyi…
Apakah ketiadaanku membuatmu menikam diri ?
Keberadaanku yang bening
Membuatmu semakin menguning
Atau jangan – jangan suaramu menjelma
Saat angin lalu sepoi

Sunyi…
Aku menerka – nerka hingga terluka
Tapi aku tak merasa sakit karena aku cinta
Bukan kau yang buta
Tapi aku yang tak memeta
Sepertihalnya ghaib, aku yang ada
Namun tiada disampingmu

***

"MATH"


Matematika itu ketidak aturan yang teratur.. 

Memahami sesuatu yang tidak berpola menjadi berpola... Menyederhanakan yang rumit.. Merumitkan yang sederhana... "Jika sederhana dari satu tambah satu sama dengan dua adalah kita.. Maka ketidak akuran kita yang akur adalah cinta"


Share this :

Founder Podcast Cerita Akhir Pekan yang biasa di panggil Dori

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔