Suranadi Dalam Pelukan Tuhan

14.07

Seperti Ampenan yang sempat di tinggalkan setelah ramai buku-buku merotasi Kota Tua dan undang-undang merevisi bentuk tatanan kota bersejarah. lalu kini Suranadi dalam lirikan seolah orang melihat dan enggan berkata. sepanjang tahun 2000-an sudah banyak konflik yang terjadi. hingga cerita turun-temurun hilangnya jati diri masyarakat, memudar seiring berjalannya waktu tertelan budaya asing yang lahir dari rahim keyakinan yang berbeda. 

SURANADI MILIK SIAPA ?

Jika timbul pertanyaan di Ampenan, Apa yang kau cari di Ampenan ? seperti Kiki Sulistyo yang bertanya-tanya dengan bukunya. maka, saya pun bertanya-tanya tentang siapa pemilik Suranadi ? jika kita berbicara tentang kepunyaan maka Suranadi milik kita, siapapun. jika kaitannya dengan legalitas, maka Suranadi jelas milik masyarakat setempat. 

Lantas sejak kapan Suranadi menjadi Asing ?, Sejak kali pertama kita sadar datang kerumah tapi sebagai tamu. sayang sekali, saya terlahir tidak di Suranadi. ketika kali pertama saya datang ke Suranadi yang saya lihat hanyalah hutan indah dengan gajahnya yang kokoh dan pemandian mata airnya yang segar. meskipun sudah ada beberapa tanda-tanda adanya simbol-simbol budaya asing berbentuk bangunan atau tanda-tanda pengakuan dengan sehelai kain panjang yang diikatkan dengan corak yang sudah jelas bukan milik orang Sasak.

Budaya sebagai Identitas

Identitas kita sebagai orang sasak kian hari kian memudar di tempat-tempat yang sakral. ditempat-tempat yang melatar-belakangi sumber kehidupan. ditempat yang amat vital bagi sumber penghidupan. salah satunya Suranadi. entah dahulu tempat ini diberi nama apa sehingga kini orang mengenalnya dengan nama Suranadi. lalu kita belajar tentang bahasa, Sura berarti dewa dan nadi berarti sungai. tentu ini bukan dari bahasa kita orang sasak. sebab orang sasak tidak mengenal dewa. tapi bagi saya nama ini juga tidak muncul dengan cuma-cuma. seandainya saya sebagai orang sasak yang sejak awal tinggal di hutan ini, maka saya akan menamainya dengan nama yang sama namun dengan bahasa yang berbeda. 

Kini, Suranadi kembali dengan konfliknya yang lebih nyata dengan sekelumit penyelesaiannya yang sesuai protokol kelegalitasan. lantas sebagai orang awam, kita hanya bisa menikmati keindahan alamnya tanpa ikut serta melestarikan identitas suranadi sebagai Aset Budaya bangsa Sasak. lalu apa bedanya kita dengan mereka yang merasa terjajah padahal penjajah.

Apa yang anda pikirkan tentang suranadi ?

merujuk salah satu status yang muncul di beranda facebook yang di lontarkan salah seorang pejuang sekaligus lokaq muda yang menjaga Rinjani. saya terinspirasi untuk menulis tulisan ini. anggap saja ini curhatan bukan sebuah opini karena ini bukan rubrik publik dimedia masa yang di baca banyak orang. 

Menginisiasi lontaran itu, saya terbayang kali pertama saya datang ke Suranadi sekitar tahun 95-an waktu saya masih sekolah dasar barangkali, hutan lindung dengan wisata air dan gajahnya kemudian sungai yang jernih hingga terakhir saya kesana dan sate bulayak yang khasnya. dulu cuma di situ setau saya tempat yang menyediakan kuliner sate bulayak. sekarang ga perlu kesana kita udah bisa menikmatinya. tempat ritual untuk merayakan sesuatu bersama keluarga. bukan ritual melakukan pemujaan seperti yang dilakukan orang-orang anemisme.

Seiring berjalannya waktu, gambaran pikiran saya tentang suranadi semakin berubah. Suranadi tidak sedang baik-baik saja. suranadi bukan lagi serasa rumah bagi saya yang tidak hanya berkunjung sebagai tempat refresing sekedar liburan. tapi di Suranadi saya tidak lagi menemukan masa lalu sebagai warisan budaya sasak seperti kali saya pertama kesana.

Share this :

Founder Podcast Cerita Akhir Pekan yang biasa di panggil Dori

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔